Danang Irawan, Prajurit Tangguh dari Boyolali, Anak Yatim yang Lulus TNI AD dan Menggetarkan Hati Satu Kodam dengan Kisah Hidupnya
BOYOLALI — WARTA POLRI | Di balik derap langkah gagah pasukan TNI yang tengah dilantik di Kodam IV/Diponegoro, berdirilah satu sosok yang menyita perhatian seluruh hadirin: Danang Irawan. Bukan hanya karena kepiawaiannya dalam baris-berbaris atau ketegapan sikapnya sebagai prajurit Tamtama, tetapi karena kisah hidupnya yang menggetarkan hati dan menjadi simbol ketangguhan serta harapan anak bangsa. Rabu,17/5/2025.
Dilantik sebagai Prajurit Dua (Prada), Danang telah melewati perjalanan hidup yang tidak mudah. Sejak kecil, ia telah diuji oleh kerasnya realitas. Ayah tercinta meninggal dunia saat ia baru menginjak usia tujuh tahun, dan sang ibu memilih pergi meninggalkannya tanpa jejak. Kesepian dan kehilangan di usia dini menjadi luka yang membentuk jiwanya, tetapi tak pernah memadamkan bara semangat dalam dirinya untuk terus melangkah menuju cita-cita: menjadi prajurit TNI AD yang berwibawa.
Danang hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Setelah ditinggal orang tua, ia diasuh oleh ibu kos hingga akhirnya diasuh di panti asuhan oleh keluarga ibu kos yang tak mampu lagi merawatnya. Di situlah, anak yang dulu rapuh itu mulai menemukan kembali harapan. Ia belajar, tumbuh, dan menempa mentalnya. Bahkan takdir mempertemukannya dengan seorang perwira Kopassus yang memberi motivasi besar untuk terus mengejar mimpi menjadi tentara.
“Saya ingin jadi seperti beliau. Seorang yang berwibawa dan bisa melindungi rakyat,” tutur Danang dengan mata berbinar saat diwawancara usai pelantikan.
Momen pelantikannya menjadi sejarah tersendiri, bukan hanya bagi Danang, tapi juga bagi satuan Kodam IV/Diponegoro. Seorang pemuda yang datang dari latar belakang yatim piatu dan hidup sederhana, kini berdiri tegak sebagai seorang prajurit resmi TNI AD. Para petinggi Kodam bahkan secara terbuka menyebut Danang sebagai simbol dari keberhasilan proses seleksi prajurit yang adil dan terbuka.
“Ini bukti bahwa siapa pun anak bangsa, dari latar belakang apa pun, bisa menjadi prajurit. Danang ini anak yatim, ibunya tidak diketahui, tapi ia lulus karena memang layak. Ini contoh nyata transparansi dan ketangguhan mental,” ujar seorang komandan Kodam IV/Diponegoro penuh bangga, disambut tepuk tangan meriah dari hadirin.
Danang sendiri tidak lupa mengucap syukur dan rasa terima kasihnya kepada para pembina dan komandan yang telah membentuknya menjadi pribadi kuat.
“Terima kasih untuk semua pihak yang telah membina saya. Ini bukan akhir perjuangan, ini adalah awal saya untuk mengabdi pada negeri,” ungkapnya tegas.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Danang menyimpan kerinduan yang dalam. Ia mengungkap keinginannya untuk kembali bertemu sang ibu, sosok yang meski telah lama meninggalkannya, tetap ia rindukan sepenuh hati.
“Dimanapun ibu saya berada, Danang tetap membuka pintu. Saya ingin bertemu, saya kangen. Saya berharap suatu saat beliau datang menemui saya,” ujarnya, menahan haru.
Kisah Danang bukan hanya tentang keberhasilan menjadi prajurit, tetapi tentang keberanian menantang nasib, keikhlasan menerima takdir, dan keteguhan dalam meraih cita-cita. Ia adalah teladan nyata dari seorang anak bangsa yang patut dicontoh. Dalam dirinya, tertanam semangat juang yang mewakili jutaan pemuda Indonesia yang tak pernah menyerah pada keadaan.
Kini, Danang tak lagi sendiri. Ia telah menjadi bagian dari keluarga besar TNI AD. Dan Indonesia pun patut berbangga memiliki putra terbaik sepertinya sosok yang tak hanya kuat secara fisik, tapi juga tangguh secara hati.@Red.