Anak SD Bertaruh Nyawa di Mamasa, Jembatan Gantung Rusak, Pemerintah Masih Diam Bhabinkamtibmas Jadi Satu-satunya Penjaga Harapan
MAMASA — WARTA POLRI | Potret memprihatinkan dunia pendidikan kembali terjadi di pelosok Indonesia, tepatnya di Desa Botteng, Kecamatan Mehalaan, Kabupaten Mamasa. Di tengah gencarnya program pendidikan dan infrastruktur oleh pemerintah pusat, masih ada anak-anak Sekolah Dasar Negeri 006 Botteng yang setiap hari harus bertaruh nyawa hanya untuk menuntut ilmu.
Jembatan gantung yang dulu menjadi satu-satunya akses penghubung antara desa dan sekolah kini rusak parah dan tak lagi layak dilewati, terutama saat musim hujan tiba. Aliran sungai yang deras, ditambah kondisi jembatan yang sudah renta dan membahayakan, membuat para siswa harus dipulangkan lebih awal demi keselamatan, bahkan tak jarang terpaksa absen sekolah saat cuaca buruk. Sabtu,20/9/2025.
Ironisnya, hingga berita ini diturunkan, belum ada langkah nyata dari Pemerintah Kabupaten Mamasa maupun Dinas Pendidikan setempat. Warga sudah terlalu lama menunggu janji yang tak kunjung ditepati, sementara nyawa anak-anak dipertaruhkan setiap harinya.
Di tengah kemandekan perhatian pemerintah, hadir satu sosok yang patut mendapat apresiasi tinggi dan acungan jempol Bripka Muh Nur Alam, Bhabinkamtibmas dari Polsek Mambi. Ia menjadi tumpuan harapan warga Botteng. Setiap hari, Bripka Muh Nur Alam turun langsung ke lapangan memantau kondisi siswa, mengawasi akses ke sekolah, dan meninjau kondisi jembatan rusak yang hingga kini belum tersentuh oleh pemerintah sama sekali.
“Saya prihatin. Anak-anak ini adalah masa depan bangsa, tapi mereka harus mempertaruhkan nyawa setiap hari hanya untuk belajar. Dalam kondisi hujan, mereka bisa disuruh pulang lebih awal karena takut sungai meluap sedangkan jembatan tidak bisa dilewati,” ungkap Bripka Muh Nur Alam saat ditemui di lokasi.
Tak hanya sekadar hadir dan mengawasi, Bripka Muh Nur Alam juga menunjukkan kepeduliannya kepada warga lansia di desa tersebut, dengan membagikan sembako dan bantuan dana yang dikumpulkan bersama ibu desa Passembuk. Aksi kecil tapi berdampak besar ini jadi tamparan keras bagi pemerintah daerah yang seolah tutup mata selama ini.
“Saya berharap Pemerintah Kabupaten Mamasa dan dinas terkait tidak hanya menjadi penonton. Tolong buka mata, lihat kondisi nyata yang ada di lapangan. Jangan tunggu ada korban baru bergerak,” tegasnya.
Warga Desa Botteng hanya bisa mengandalkan upaya Bripka Muh Nur Alam. Sementara itu, kondisi jembatan sama sekali tidak bisa dilewati. Kerangka besi berkarat, papan-papan kayu sudah tidak ada lagi copot dan goyah, tali penyangga pun terlihat rapuh.
Anak-anak SDN 006 Botteng berjalan melintasi sungai yang arusnya deras itu setiap hari, dengan risiko besar yang tak sebanding dengan usia mereka yang masih belia. Orang tua mereka hanya bisa berdoa agar tak terjadi hal buruk.
Masyarakat mendesak Bupati Mamasa, Dinas Pendidikan, dan instansi terkait untuk segera turun tangan. Jangan hanya gencar membuat program dan visi dan misi tanpa melihat kenyataan di pelosok.
Sudah cukup lama warga Botteng menunggu. Sudah terlalu sering anak-anak mereka pulang dengan baju basah kuyup dan wajah penuh ketakutan setelah menyeberangi sungai bila arus sungai deras.
“Ini bukan lagi soal pembangunan, ini soal nyawa dan masa depan generasi penerus bangsa,” tegas seorang warga setempat.
Sampai berita ini diterbitkan, belum ada klarifikasi resmi dari Pemerintah Kabupaten Mamasa maupun Dinas Pendidikan mengenai langkah konkret untuk perbaikan jembatan gantung tersebut.@Nur/Red.