H. Muhammad Soeharto, Sang Pejuang Pembangun Bangsa, Dari Medan Perang ke Panggung Kemerdekaan
JAKARTA — WARTA POLRI | Dukungan publik untuk menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, H. Muhammad Soeharto, kembali menguat. Gelombang aspirasi ini bukan tanpa alasan. Banyak kalangan menilai bahwa perjuangan panjang Soeharto sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa pembangunan nasional merupakan bagian penting dari perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan yang utuh dan kemandirian nasional yang kokoh.
Soeharto dikenal sebagai sosok militer yang tangguh dan penuh dedikasi terhadap kemerdekaan Indonesia. Di masa-masa awal perjuangan, ia terjun langsung dalam berbagai pertempuran mempertahankan kemerdekaan, termasuk peran pentingnya dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta sebuah operasi militer yang membangkitkan semangat rakyat Indonesia dan menunjukkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia masih berdiri tegak meski Belanda mengklaim telah menguasai Nusantara. Selasa,4/11/2025.
Atas kepiawaiannya memimpin operasi militer tersebut, Jenderal Sudirman, Panglima Besar TNI kala itu, menjuluki Soeharto sebagai “Bunga Pertempuran”, sebuah penghargaan simbolik atas keberanian dan kecerdikan seorang prajurit muda yang mampu menyalakan kembali api perjuangan nasional.
Selepas masa perang kemerdekaan, Soeharto melanjutkan pengabdian kepada bangsa dengan cara yang berbeda. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia memasuki era baru yang dikenal sebagai masa pembangunan nasional. Selama lebih dari tiga dekade, Soeharto menekankan pentingnya stabilitas politik dan ekonomi sebagai fondasi kemajuan.
Melalui berbagai program pembangunan seperti Repelita, Instruksi Presiden (Inpres) untuk pemerataan pembangunan daerah, dan Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang diakui dunia, Soeharto berhasil membawa perubahan besar dalam wajah sosial-ekonomi bangsa. Di masa kepemimpinannya, Indonesia keluar dari status negara yang bergantung menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru di Asia Tenggara.
Sebagai salah satu dari hanya tiga tokoh dalam sejarah TNI yang mencapai pangkat Jenderal Besar, Soeharto sejajar dengan Jenderal Sudirman dan Jenderal Abdul Haris Nasution sebuah penghormatan tertinggi bagi seorang prajurit yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk negara dan bangsa.
Pangkat ini bukan sekadar simbol kehormatan militer, tetapi juga pengakuan atas perjalanan panjang seorang anak bangsa dari rakyat biasa hingga menjadi pemimpin tertinggi Republik Indonesia.
Kini, setelah lebih dari dua dekade sejak beliau wafat, suara masyarakat yang menyerukan agar H. Muhammad Soeharto dianugerahi gelar Pahlawan Nasional semakin menggema. Tokoh masyarakat, sejarawan, hingga veteran perang menilai bahwa terlepas dari dinamika politik masa pemerintahannya, kontribusi dan perjuangannya dalam mempertahankan kemerdekaan serta membangun pondasi ekonomi bangsa tidak dapat diabaikan.
“Soeharto adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan Indonesia modern. Tanpa kepemimpinannya, mungkin Indonesia tidak akan mencapai kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional seperti sekarang,” ujar seorang sejarawan dalam diskusi publik di Jakarta.
Lebih dari sekadar presiden, Soeharto adalah simbol keteguhan, disiplin, dan pengabdian tanpa pamrih terhadap tanah air. Warisan perjuangan dan pembangunan yang ia tinggalkan menjadi fondasi kuat bagi generasi penerus bangsa untuk terus melangkah maju, menjaga kedaulatan, dan mewujudkan cita-cita Indonesia yang adil dan makmur.
Dengan segala pengorbanan, perjuangan, dan dedikasinya, H. Muhammad Soeharto layak dikenang bukan hanya sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia, tetapi juga sebagai Pahlawan Bangsa pejuang yang menorehkan sejarah dengan tinta emas dalam perjalanan panjang menuju Indonesia yang merdeka dan berdaulat.@Red.

