Indonesia Darurat Adab dan Etika. Menertawakan Orang yang Sedang Mencari Nafkah dengan Kata-kata “Goblok” di Depan Khalayak Ramai itu Tidak Pantas
Jakarta, 5 Desember 2024
Oleh: S u s a n.
Belakangan ini, publik kembali dihebohkan dengan sebuah kejadian yang menggambarkan buruknya adab dan etika dalam kehidupan sosial kita. Sebuah video yang menunjukkan seorang tokoh publik, Miftah, sedang menertawakan seorang penjual es di depan kerumunan ramai, dengan kata-kata kasar yang menghina, seperti “goblok,” viral di media sosial. Kejadian ini tidak hanya menyentuh aspek personal bagi orang yang dihina, tetapi juga menjadi cerminan buruk budaya dan sikap yang berkembang di masyarakat kita. Miftah yang seharusnya menjadi panutan, malah berperilaku tak pantas, mempermalukan orang lain yang sedang berusaha mencari nafkah dengan cara yang tidak beradab.
Apa yang terjadi di depan khalayak ramai itu jelas bukan lagi bagian dari budaya kita, melainkan sebuah perilaku yang tidak tahu diri dan tidak menghormati nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi dalam kehidupan bersama. Budaya yang menghina, merendahkan, dan mempermalukan orang lain, terutama mereka yang sedang bekerja keras untuk mencari rezeki, jelas adalah contoh yang buruk dan seharusnya tidak boleh ditiru.
Bukan hanya Miftah, fenomena ini juga semakin terlihat di kalangan generasi muda yang mulai kebablasan dalam bergaul. Banyak orang yang lupa akan norma sosial, etika, dan adab dalam berinteraksi dengan sesama. Bahkan, tak jarang kita menemukan pejabat dan tokoh publik yang seharusnya memberikan contoh baik justru ikut serta dalam menurunnya tingkat kesopanan dan etika di masyarakat. Bagaimana bisa kita berharap untuk menciptakan perubahan positif jika para pemimpin kita sendiri tidak menunjukkan sikap yang baik dan terhormat?
Penting untuk dicatat bahwa jika Miftah merasa suasana santai, seperti di rumah atau di kafe dengan teman-teman terdekat, mungkin saja sikap tersebut bisa diterima dalam lingkup yang lebih terbatas. Namun, ketika sebuah hinaan dilontarkan di depan orang yang tidak dikenal dan di tempat umum, itu bukan hanya merugikan orang yang dihina, tetapi juga menciptakan dampak buruk bagi masyarakat luas. Seharusnya kita bisa menempatkan diri dengan bijak, terutama dalam interaksi sosial yang melibatkan banyak orang.
Lebih lanjut, penjual es yang menjadi korban dalam kejadian ini mengungkapkan perasaan sedih dan sakit hati atas perlakuan yang diterimanya. Di tengah upayanya mencari nafkah, dia harus menghadapi hinaan yang tidak seharusnya terjadi, terutama di hadapan orang banyak. Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga etika dan saling menghormati di antara sesama, terlepas dari perbedaan latar belakang, status sosial, atau pekerjaan.
Keadaan ini mengingatkan kita bahwa Indonesia sedang menghadapi darurat adab dan etika. Banyak orang yang lupa akan nilai-nilai luhur yang harusnya menjadi dasar dalam berinteraksi di masyarakat. Perilaku yang mengabaikan rasa hormat terhadap orang lain semakin terlihat, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan pejabat publik. Kalau dibiarkan berlarut-larut, ini akan berdampak buruk bagi perkembangan moral dan sosial bangsa kita.
Sudah saatnya kita kembali merenung dan memulihkan adab serta etika dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus bisa menjadi contoh yang baik bagi generasi berikutnya dengan menunjukkan sikap saling menghormati dan peduli terhadap perasaan orang lain. Tanpa itu, kita tidak hanya akan kehilangan integritas sebagai bangsa, tetapi juga menciptakan masyarakat yang penuh dengan kebencian dan ketidakpedulian. Ini adalah tantangan besar yang harus kita hadapi bersama sebagai bangsa.