Maccera Tappareng dan Festival Danau Sidenreng 2025, Warisan Adat Sidrap yang Kian di Kenal
SIDRAP — WARTA POLRI | Di bawah cahaya rembulan yang memantul tenang di permukaan Danau Sidenreng, sebuah peristiwa penuh makna budaya menutup rangkaian Festival Danau Sidenreng Part 3 (Sidenreng Lake Fest 2025), Minggu dini hari. Penutupan acara dilakukan langsung oleh Wakil Bupati Sidrap, Hj. Nurkanaah, yang dengan penuh semangat menyatakan bahwa festival ini akan menjadi agenda tahunan yang terus dilestarikan dan dikembangkan.
Festival Danau Sidenreng tahun ini kembali mengangkat nilai-nilai luhur warisan budaya Bugis, khususnya ritual adat “Maccera Tappareng”, yang menjadi ruh utama dan simbol kekuatan spiritual masyarakat Sidrap. Ritual ini bukan sekadar seremonial, melainkan perwujudan syukur dan doa masyarakat kepada Sang Pencipta atas rezeki yang diberikan melalui hasil perairan danau yang kaya dan melimpah. Senin,22/9/2025.
Maccera Tappareng, yang secara harfiah berarti “membersihkan perairan”, merupakan prosesi sakral yang telah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat Sidrap, terutama oleh komunitas di sekitar Danau Sidenreng. Dengan penuh khidmat, tokoh adat, nelayan, dan masyarakat berkumpul di danau untuk mempersembahkan sesajen, membaca doa-doa adat, serta melakukan ritual simbolik pembersihan air. Prosesi ini mencerminkan keharmonisan antara manusia dan alam sebuah nilai luhur yang kini mulai mendapat perhatian kembali di tengah modernitas yang mengikis jati diri budaya lokal.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Nurkanaah mengapresiasi semangat masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai adat dan budaya. Ia menyebut Festival Danau Sidenreng bukan hanya ajang hiburan, tapi juga wadah pelestarian kearifan lokal yang berharga.
“Maccera Tappareng bukan hanya ritual adat, ini adalah jati diri kita. Dan festival ini adalah panggungnya. Kita wajib bangga, kita wajib jaga,” ujar Nurkanaah disambut riuh tepuk tangan masyarakat.
Festival yang berlangsung sejak 19 September 2025 itu menghadirkan berbagai lomba yang sarat budaya, mulai dari Duta Wisata, menyanyi lagu Bugis, lomba permainan tradisional, hingga pertunjukan seni lokal. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, terlihat dari banyaknya pengunjung yang memadati kawasan Dermaga 2 Danau Sidenreng, khususnya di Desa Mojong, Kecamatan Watang Sidenreng.
Nurkanaah juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam memajukan potensi wisata daerah. Ia mengimbau agar pembangunan infrastruktur, khususnya akses jalan ke lokasi wisata, menjadi prioritas bersama.
“Jangan tunggu instruksi. Pemerintah desa dan kecamatan harus proaktif. Ini akses wisata kita, tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Tak hanya pembangunan fisik, ia juga mengajak seluruh warga untuk menjaga kebersihan dan kelestarian danau, mengingat bahaya pendangkalan akibat sampah yang kian mengancam.
“Kalau danau ini kita kotori, bukan hanya lingkungan yang rusak, tapi warisan budaya seperti Maccera Tappareng juga akan hilang,” tambahnya.
Lebih jauh, Nurkanaah mengungkapkan harapannya agar Desa Mojong dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata bahari unggulan. Menurutnya, pariwisata yang maju akan berdampak langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat dan pertumbuhan UMKM.
“Insya Allah, Festival Danau Sidenreng akan menjadi event luar biasa. Bukan hanya untuk Sidrap, tapi Sulsel bahkan Indonesia,” pungkasnya optimistis.
Penutupan festival turut dihadiri para kepala OPD, camat, kepala desa se-Kecamatan Watang Sidenreng, serta tokoh masyarakat dan padatnya pengunjung.
Daftar Juara Festival Danau Sidenreng 2025, Duta Wisata Putri.
1. Kecamatan Maritengngae
2. Kecamatan Panca Rijang
3. Kecamatan Tellu Limpoe
Duta Wisata Putra.
1. Kecamatan Baranti
2. Kecamatan Maritengngae
3. Kecamatan Panca Rijang
Menyanyi Lagu Bugis Putri.
1. Kecamatan Watang Pulu
2. Kecamatan Kulo
3. Kecamatan Tellu Limpoe
Menyanyi Lagu Bugis Putra.
1. Kecamatan Baranti
2. Kecamatan Watang Pulu
3. Kecamatan Panca Lautang
Festival Danau Sidenreng dan ritual Maccera Tappareng tahun ini telah membuktikan bahwa budaya bukan hanya warisan, melainkan identitas yang hidup, berkembang, dan menjadi kebanggaan masyarakat Sidrap. Dengan semangat kolektif dan dukungan semua pihak, bukan tidak mungkin Sidrap akan menjadi pusat budaya Bugis yang gemilang di kancah nasional maupun internasional.@Red.