Pamer Tato di Hadapan Tamu, Oknum Kades Diduga Tak Tunjukkan Etika Seorang Pemimpin
JAKARTA — WARTA POLRI Sebuah kejadian yang memicu kontroversi terjadi di salah satu desa yang ada di pulau Jawa, ketika seorang kepala desa (kades) yang dikenal sebagai tokoh publik justru mempertontonkan sikap yang dianggap tidak mencerminkan nilai-nilai etika kepemimpinan. Dalam sebuah kunjungan yang dilakukan oleh sekelompok tamu ke lokasi peternakan ayam miliknya, sang oknum kades tampak dengan sengaja memamerkan tato di tubuhnya, tanpa memperhatikan norma kesopanan ataupun menghargai kehadiran para tamu. Rabu,17/9/2025.
Insiden ini terjadi terhadap oknum kades yang akrab disapa hoho, saat sejumlah tamu yang terdiri dari tokoh masyarakat, perangkat desa lain, dan beberapa warga dari luar daerah datang untuk melihat langsung perkembangan usaha peternakan ayam milik kepala desa hoho. Alih-alih memberikan sambutan hangat dan menunjukkan sikap sebagai tuan rumah yang baik, oknum kades justru tampil dengan pakaian terbuka, sengaja membuka bajunya dan memperlihatkan bagian tubuh yang dipenuhi tato.
Beberapa tamu mengaku merasa tidak nyaman dengan penampilan sang kades yang dinilai jauh dari norma kesopanan, terlebih dalam konteks acara semi formal yang seharusnya diwarnai dengan sikap menghargai dan menjunjung tinggi etika dan sopan santun.
“Kami datang dengan itikad baik, ingin melihat potensi desa dan menjalin komunikasi. Tapi sangat disayangkan, kami malah disuguhi pemandangan yang menurut kami tidak pantas ditampilkan oleh seorang pemimpin,” ungkap salah satu tamu yang enggan disebutkan namanya.
Tindakan sang kades dinilai tidak hanya menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap para tamu, tetapi juga mencerminkan ketidakpahaman akan peran dan tanggung jawab sebagai figur publik. Apalagi sebagai kepala desa, ia seharusnya menjadi contoh teladan bagi masyarakat baik dalam perilaku, etika berpakaian, maupun sikap sopan santun dalam berbagai situasi.
Kritik tak hanya datang dari tamu yang hadir, beberapa warga desa pun mulai mempertanyakan kepantasan tindakan tersebut. Seorang tokoh masyarakat setempat menyampaikan kekecewaannya.
“Kami tidak melarang orang bertato, itu urusan pribadi. Tapi kalau sudah menjabat sebagai kepala desa, tampil di depan umum, apalagi menyambut tamu dari luar, harusnya tahu bagaimana bersikap. Pakaian yang pantas, sikap yang santun. Itu etika dasar seorang pemimpin,” tegasnya.
Sementara itu, di media sosial, beberapa foto yang memperlihatkan sang kades dalam posisi memamerkan tato mulai beredar. Netizen pun bereaksi, sebagian besar mengecam penampilannya yang dianggap tidak pantas, apalagi dilakukan saat menjamu tamu resmi.
Tak sedikit pihak yang menduga bahwa tindakan tersebut bukan sekadar kelalaian berpakaian, melainkan bentuk kesengajaan untuk menunjukkan citra ‘berani’ dan ‘berbeda’. Namun, citra tersebut justru berbalik menjadi bumerang yang memicu sorotan negatif terhadap integritas dan kapasitasnya sebagai pemimpin desa.
Hingga berita ini diturunkan, sang kades belum memberikan klarifikasi resmi atas insiden tersebut. Beberapa pihak mendesak agar pemerintah kabupaten atau instansi pembina kepala desa memberikan pembinaan terkait etika dan moral kepemimpinan.
Salah satu pengamat pemerintahan desa, mengatakan bahwa tindakan kepala desa tersebut patut menjadi perhatian serius. Menurutnya, perilaku pemimpin tidak hanya diukur dari program kerja atau capaian pembangunan, tetapi juga dari sikap dan nilai-nilai moral yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kepala desa adalah simbol masyarakatnya. Jika perilakunya menyimpang dari nilai-nilai kesopanan, itu akan menjadi preseden buruk bagi warga. Perlu ada evaluasi, bahkan sanksi moral atau administratif jika terbukti berulang atau merusak citra pemerintahan desa,” ujarnya.
Insiden ini menjadi pelajaran penting bahwa jabatan bukan hanya soal kekuasaan atau wewenang, tetapi juga tanggung jawab moral untuk menjaga kehormatan diri, masyarakat, dan institusi yang diwakilinya. Pemimpin desa bukan hanya pengatur administrasi, melainkan juga panutan yang tindak-tanduknya mencerminkan wajah masyarakat yang dipimpinnya.@Red.