POST TRUTH ERA ALIAS ZAMAN HOAX
Jakarta, 7 Februari 2025.
Oleh: Yus Dharman,SH.,MM ,M.Kn
Advokat/Ketua Dewan Pengawas FAPRI (Forum Advokat & Pengacara Republik Indonesia).
Post-truth adalah kondisi di mana fakta objektif dikalahkan emosi dan subyektivitas dalam membentuk opini publik
Dalam era post-truth, informasi dimanipulasi sehingga orang lebih percaya pada narasi yang sesuai dengan preferensi emosional atau ideologis mereka, dibandingkan kebenaran faktual.
Istilah postruth, menjadi populer, terutama dalam konteks politik, karena sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana propaganda, hoaks, atau berita palsu lebih mudah memengaruhi masyarakat dibandingkan fakta atau bukti yang dapat diverifikasi.
Contohnya adalah kampanye politik yang mengandalkan pencitraan,
Serta klaim emosional yang tidak selalu berbasis fakta. post-truth menjadi ancaman bagi masyarakat untuk menilai mana fakta dan mana Hoax.
Nganggep salah benering liyan, nganggep benar salahe dewe itulah posttruth
(menganggap salah benarnya org lain, dan menganggap benar salahnya sendiri)
Di Indonesia terdapat 30 sampai 60 persen masyarakat terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya. hanya tersisa 21 sampai 36 persen saja jumlah masyarakat yang mampu mengenali dan memilah informasi yang didapatkan.
Sumber : (Katadata Insight Center, KIC),
Kemajuan teknologi elektronik berbasis Artificial Inteligent memicu masyarakat menjadi irasional dan tidak kritis dalam mencerna sebuah informasi. Akhirnya, banyak orang menjadi tidak waspada, terkecoh serta mudah untuk terjerat dalam pusaran distribusi informasi palsu alias hoax.
Mengatasi hal tersebut, penting untuk kita, memahami bahwa kebenaran dan fakta harus menjadi prioritas utama dalam pengambilan keputusan dan pembentukan sebuah opini. Setiap orang harus memastikan bahwa informasi yang diterima berasal dari sumber yang terpercaya dan diverifikasi. Selain itu, pengembangan keterampilan kritis dan literasi informasi turut menjadi faktor penting dalam mengatasi post-truth.
Untuk mengetahui sebuah berita benar atau hoaks, yang perlu anda lakukan adalah : Pastikan berita berasal dari sumber yang kredibel dan terpercaya, seperti media resmi atau situs yang sudah dikenal reputasinya. Hindari percaya pada berita dari situs yang tidak dikenal atau nama situs yang menyerupai media resmi tetapi sedikit berbeda.
Biasanya banyak berita hoaks menggunakan judul provokatif, bombastis dan clickbait untuk menarik perhatian audience, anda harus cermat memilah jangan langsung dipercaya
Hoaks sering menggunakan berita lama yang disebarkan kembali seolah-olah baru terjadi.
Jangan lupa Cari tahu siapa penulis berita tersebut. Jika penulis tidak dikenal atau sulit dilacak di situs pencarian, kita patut mencurigai kebenaran berita tersebut
Gunakan situs pengecek fakta seperti:
CekFakta.Com dan Turnbackhoax.id, (nasional) serta Hoax Slayer (internasional)
Telusuri apakah media terpercaya lainnya melaporkan berita yang sama. Jika hanya satu sumber yang mengangkat berita itu, perlu diwaspadai.
Hoaks sering menggunakan bahasa emosional, provokatif, atau tanda baca berlebihan (!, huruf kapital, dll.).
Gunakan Google Reverse Image Search untuk mengecek apakah gambar dalam berita pernah digunakan di konteks lain.
Didarankan Jangan langsung percaya pada berita yang disebarkan di grup WhatsApp, Facebook, atau media sosial lainnya tanpa verifikasi.
Apalagi Jika berita nya terdengar terlalu ekstrem, tidak masuk akal, atau memicu emosi berlebihan, kemungkinan itu adalah hoax maka berhati-hatilah.

