SEKO LUWU UTARA, Terisolir, Terlupakan, dan Terabaikan Masyarakat Menjerit Tanpa Perhatian Pemerintah
LUWU UTARA — WARTA POLRI | Di balik keindahan alam pegunungan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, tersembunyi penderitaan yang tak kunjung usai. Sudah bertahun-tahun, bahkan sejak Indonesia merdeka, masyarakat Seko hidup dalam keterisolasian akibat buruknya infrastruktur dan minimnya perhatian dari pemerintah. Minggu,15/6/2025.
Jalan menuju Seko, yang menghubungkan Kecamatan Rongkong hingga Seko, telah lama menjadi momok bagi warganya. Berlumpur, berlubang, dan tak pernah tersentuh aspal, jalan ini membuat mobilitas warga terhambat. Untuk menjual hasil pertanian, mereka harus menempuh jarak hingga 127 kilometer menuju Masamba, ibu kota kabupaten, dengan biaya sewa ojek mencapai Rp1.000.000 hingga Rp1.500.000.
Ironisnya, meski telah ada usulan anggaran dari Pemprov Sulsel untuk perbaikan jalan sepanjang 13 kilometer melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2023, hingga kini belum ada tindakan nyata dari pemerintah pusat.
Keterbatasan akses juga dirasakan dalam bidang kesehatan. Seorang ibu hamil asal Desa Taloto harus ditandu sejauh 8 kilometer melewati jalan berlumpur dan menanjak untuk mencapai Puskesmas Padang Balua demi melahirkan.
Lebih tragis lagi, jenazah seorang warga harus ditandu sejauh 30 kilometer dari Dusun Palandoang ke desa terdekat yang dapat dilalui ambulans, karena buruknya kondisi jalan.
Harga kebutuhan pokok di Seko melambung tinggi akibat sulitnya akses transportasi. Gula, misalnya, dijual seharga Rp20.000 per kilogram, jauh lebih mahal dibandingkan harga di kota. Hal ini disebabkan biaya transportasi yang tinggi dan keterbatasan pasokan barang.
Masyarakat Seko telah berusaha keras untuk memperbaiki kondisi mereka. Mereka membuat jalan alternatif dari potongan kayu atau “para-para” sepanjang 5 kilometer untuk menghubungkan desa-desa mereka . Namun, upaya swadaya ini tidak cukup untuk mengatasi masalah mendasar yang mereka hadapi.
Sudah saatnya pemerintah daerah dan pusat tidak hanya memberikan janji, tetapi juga tindakan nyata. Masyarakat Seko berhak atas akses yang layak, fasilitas kesehatan yang memadai, dan kehidupan yang sejahtera. Jangan biarkan mereka terus hidup dalam bayang-bayang keterisolasian dan ketidakpedulian.@Red.